Monday, May 23, 2011

Obat Herbal Penurun Panas


Sebagai langkah pertolongan pertama, obat tradisional dapat diandalkan untuk mengatasi demam.

BANYAK orangtua panik bila mendapati suhu tubuh anaknya di atas rata-rata atau sering disebut demam. Sebagai pertolongan pertama, umumnya diberikan obat penurun panas yang berbahan dasar kimia seperti golongan parasetamol, asam salisilat, ibuprofen, dan lain-lain. Jarang sekali orangtua yang langsung teringat memberikan obat-obatan tradisional.

Padahal, obat-obatan tradisional yang berasal dari tanaman obat ini tak kalah ampuhnya sebagai pengusir demam. Malah, obat-obatan tradisional memiliki kelebihan, yaitu toksisitasnya relatif lebih rendah dibanding obat-obatan kimia. Jadi, relatif lebih aman, bahkan tidak ada efek samping bila penggunaannya benar. Soalnya, kandungan tanaman obat bersifat kompleks dan organis sehingga dapat disetarakan dengan makanan, suatu bahan yang dikonsumsi dengan maksud merekonstruksi organ atau sistem yang rusak. Selain itu, harganya pun lebih murah.

Tiga Jenis Demam

Namun, sebelum mengenal lebih jauh tentang tanaman obat penurun panas, perlu dipahami lebih dulu pengertian demam. Demam pada anak dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Demam karena infeksi yang suhunya bisa mencapai lebih dari 38°C. Penyebabnya beragam, yakni infeksi virus (seperti flu, cacar, campak, SARS, flu burung, demam berdarah, dan lain-lain) dan bakteri (tifus, radang tenggorokan, dan lain-lain).

2. Demam noninfeksi, seperti kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun seseorang (rematik, lupus, dan lain-lain).

3. Demam fisiologis, seperti kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara yang terlalu panas, dan lain-lain.

Nah, dari ketiganya, hanya demam yang disebabkan oleh infeksi dan noninfeksi sajalah yang memerlukan obat penurun panas. Untuk mempercepat proses penurunan panasnya, selain ramuan tradisional yang diminum, dapat juga diberikan baluran atau kompres untuk membantu.

Akan halnya demam fisiologis, tak diperlukan obat-obatan penurun panas karena umumnya jarang melebihi 380°C. Untuk menurunkan suhu tubuh, cukup diberikan minum yang banyak dan diusahakan berada dalam ruangan berventilasi baik atau berpendingin.

Aneka Obat Tradisional Penurun Panas

Inilah beberapa pilihan obat penurun panas tradisional yang dapat dicoba. Penting diperhatikan, dosis yang tercantum pada ramuan berikut adalah dosis untuk orang dewasa. Bila ingin diberikan kepada anak, bacalah aturan dosis bagi anak dan sesuaikan dengan tingkatan usianya. (Lihat boks: Dosis Aman untuk Anak.)

1. Lempuyang Emprit (Zingiber amaricans)

Memiliki kandungan senyawa minyak atsiri, yaitu sekuiterpenketon yang bermanfaat untuk menurunkan panas. Umumnya yang digunakan adalah rimpangnya; warnanya putih kekuningan dan rasanya pahit.

Caranya: Cuci bersih 10 gram umbi lempuyang emprit. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. Setelah dingin, peras, ambil sarinya. Campur dengan 2 sendok makan (sdm) madu bunga kapuk, aduk rata. Berikan 3 kali sehari.

2. Kunyit (Curcuma longa)

Memiliki kandungan minyak atsiri, curcumin, turmeron dan zingiberen yang dapat bermanfaat sebagai antibakteri, antioksidan, dan antiinflamasi (anti-peradangan). Selain sebagai penurun panas, campuran ini juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Umumnya yang digunakan adalah rimpangnya; warnanya oranye.

Caranya: Cuci bersih 10 gram umbi kunyit. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. Setelah dingin, peras, ambil sarinya. Tambahkan dengan perasan 1/2 buah jeruk nipis. Campur dengan 2 sdm madu bunga kapuk, aduk rata. Bagi menjadi 3 bagian campuran madu dan kunyit ini, kemudian berikan 3 kali sehari.

3. Sambiloto (Andrographis paniculata)

Seluruh bagian tanamannya dapat digunakan. Memiliki kandungan andrografolid lactones (zat pahit), diterpene, glucosides dan flavonoid yang dapat menurunkan panas. Bahkan pada tahun 1991 pernah diadakan penelitian di Thailand bahwa 6 g sambiloto per hari sama efektifnya dengan parasetamol.

Caranya: Rebus 10 gram daun sambiloto kering, 25 g umbi kunyit kering (2,5 ibu jari), dan 200 cc air. Rebus hingga mendidih dan airnya tinggal 100 cc, kemudian saring. Setelah hangat, tambahkan 100 cc madu bunga kapuk atau mahoni, aduk rata. Bagi menjadi 3 bagian, berikan 3 kali sehari.

4. Pegagan (Centella asiatica L.)

Tumbuhan yang dikenal pula dengan nama daun kaki kuda ini tumbuh merayap menutupi tanah. Daunnya berwarna hijau dan berbentuk seperti kipas ginjal. Memiliki kandungan triterpenoid, saponin, hydrocotyline, dan vellarine. Bermanfaat untuk menurunkan panas, revitalisasi tubuh dan pembuluh darah serta mampu memperkuat struktur jaringan tubuh. Pegagan juga bersifat menyejukkan atau mendinginkan, menambah tenaga dan menimbulkan selera makan.

Caranya : Rebus 1 genggam pegagan segar dengan 2 gelas air hingga mendidih dan airnya tinggal 1 gelas. Bagi menjadi 3 bagian dan diminum 3 kali sehari.

5. Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.)

Penampilan temulawak menyerupai temu putih, hanya warna bunga dan rimpangnya berbeda. Bunga temulawak berwarna putih kuning atau kuning muda, sedangkan temu putih berwarna putih dengan tepi merah. Rimpang temulawak berwarna jingga kecokelatan, sedangkan rimpang bagian dalam temu putih berwarna kuning muda.

Temulawak memiliki zat aktif germacrene, xanthorrhizol, alpha betha curcumena, dan lain-lain. Manfaatnya sebagai antiinflamasi (antiperandangan), antibiotik, serta meningkatkan produksi dan sekresi empedu. Temulawak sejak dahulu banyak digunakan sebagai obat penurun panas, merangsang nafsu makan, mengobati sakit kuning, diare, mag, perut kembung dan pegal-pegal.

Caranya : Cuci bersih 10 gram rimpang temulawak. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. Setelah dingin, peras, ambil sarinya. Campur dengan 2 sdm madu bunga kapuk, aduk rata. Bagi menjadi 3 campuran madu dan temulawak, kemudian berikan 3 kali sehari.

6. Bawang merah (Allium cepa L.)

Bawang merah sering digunakan sebagai bumbu dapur. Memiliki kandungan minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin, dan floroglusin.

Caranya: Kupas 5 butir bawang merah. Parut kasar dan tambahkan dengan minyak kelapa secukupnya, lalu balurkan ke ubun-ubun dan seluruh tubuh.

7. Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis)

Selain daun kembang sepatu, Anda juga dapat memanfaatkan daun kapuk atau daun sirih. Kembang sepatu mengandung flavonoida, saponin dan polifenol. Daun kapuk mengandung flavonoida, saponin dan tanin. Daun sirih mengandung flavonoida, saponin, polifenol, dan minyak atsiri.

Caranya: Cuci bersih daunnya, keringkan dengan lap bersih, panaskan sebentar di atas api agar lemas. Remas-remas sehingga lemas, olesi dengan minyak kelapa, kompreskan pada perut dan kepala.

8. Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Tinggi tanamannya mencapai 1 meter, tumbuh liar, daunnya berbentuk bulat tergolong daun majemuk bersirip genap. Seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan. Memiliki kandungan lignan, flavonoid, alkaloid, triterpenoid, tanin, vitamin C, dan lain-lain. Bermanfaat untuk menurunkan panas dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Caranya: Rebus 1 genggam meniran segar dengan 2 gelas air hingga mendidih dan airnya tinggal 1 gelas. Bagi menjadi 3 bagian dan diminum 3 kali sehari.

9. Air kelapa muda

Air kelapa muda banyak mengandung mineral, antara lain kalium. Pada saat panas, tubuh akan mengeluarkan banyak keringat untuk menurunkan suhu tubuh. Nah, untuk menggantikan keringat yang keluar, perbanyaklah minum air kelapa.

Dosis Aman untuk Anak

Penggunaan tanaman obat dengan dosis yang tepat tidak akan menimbulkan efek samping dan aman. Berikut dosis yang direkomendasikan untuk anak:

Usia Dosis

Bayi 1/8 dosis dewasa

2­-5 tahun 1/4 dosis dewasa

6­-9 tahun 1/3 dosis dewasa

10-13 tahun 1/2 dosis dewasa

14-16 tahun 3/4 dosis dewasa

Penulis: Utami Sri Rahayu

Konsultan Ahli: dr Adji Suranto, SpA dari Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT DKI Jaya)
Selengkapnya...

Thursday, September 2, 2010

Mengenalkan Allah Kepada Anak

KALAU anak-anak itu kelak tak menjadikan Tuhannya sebagai tempat meminta dan memohon pertolongan, barangkali kitalah penyebab utamanya. Kitalah yang menjadikan hati anak-anak itu tak dekat dengan Tuhannya. Bukan karena kita tak pernah mengenalkan –meskipun barangkali ada yang demikian—tetapi karena keliru dalam memperkenalkan Tuhan kepada anak. Kerapkali, anak-anak lebih sering mendengar asma Allah dalam suasana menakutkan.

Mereka mengenal Allah dengan sifat-sifat jalaliyah-Nya, sementara sifat jamaliyah-Nya hampir-hampir tak mereka ketahui kecuali namanya saja. Mereka mendengar asma Allah ketika orangtua hendak menghukumnya. Sedangkan saat gembira, yang mereka ketahui adalah boneka barbie. Maka tak salah kalau kemudian mereka menyebut nama Allah hanya di saat terjadi musibah yang mengguncang atau saat kematian datang menghampiri orang-orang tersayang.

Astaghfirullahal ‘adziim…
Anak-anak kita sering mendengar nama Allah ketika mereka sedang melakukan kesalahan, atau saat kita membelalakkan mata untuk mengeluarkan ancaman. Ketika mereka berbuat "keliru" –meski terkadang kekeliruan itu sebenarnya ada pada kita—asma Allah terdengar keras di telinga mereka oleh teriakan kita, "Ayo…. Nggak boleh! Dosa!!! Allah nggak suka sama orang yang sering berbuat dosa."

Atau, saat mereka tak sanggup menghabiskan nasi yang memang terlalu banyak untuk ukuran mereka, kita berteriak, "E… nggak boleh begitu. Harus dihabiskan. Kalau nggak dihabiskan, namanya muba…? Muba…? Mubazir!!! Mubazir itu temannya setan. Nanti Allah murka, lho."

Setiap saat nama Allah yang mereka dengar lebih banyak dalam suasana negatif; suasana yang membuat manusia justru cenderung ingin lari. Padahal kita diperintahkan untuk mendakwahkan agama ini, termasuk kepada anak kita, dengan cara "mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan membuat mereka lari". Anak tidak merasa dekat dengan Tuhannya jika kesan yang ia rasakan tidak menggembirakan. Sama seperti penggunaan kendaraan bermotor yang cenderung menghindari polisi, bahkan di saat membutuhkan pertolongan. Mereka "menjauh" karena telanjur memiliki kesan negatif yang tidak menyenangkan. Jika ada pemicu yang cukup, kesan negatif itu dapat menjadi benih-benih penentangan kepada agama; Allah dan rasul-Nya. Na’udzubillahi min dzalik.

Rasanya, telah cukup pelajaran yang terbentang di hadapan mata kita. Anak-anak yang dulu paling keras mengumandangkan adzan, sekarang sudah ada yang menjadi penentang perintah Tuhan. Anak-anak yang dulu segera berlari menuju tempat wudhu begitu mendengar suara batuk bapaknya di saat maghrib, sekarang di antara mereka ada yang berlari meninggalkan agama. Mereka mengganti keyakinannya pada agama dengan kepercayaan yang kuat pada pemikiran manusia, karena mereka tak sanggup merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan. Sebab, semenjak kecil mereka tak biasa menangkap dan merasakan kasih-sayang Allah.

Agaknya, ada yang salah pada cara kita memperkenalkan Allah kepada anak. Setiap memulai pekerjaan, apa pun bentuknya, kita ajari mereka mengucap basmalah. Kita ajari mereka menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tetapi kedua sifat yang harus selalu disebut saat mengawali pekerjaan itu, hampir-hampir tak pernah kita kenalkan kepada mereka (atau jangan-jangan kita sendiri tak mengenalnya?). Sehingga bertentangan apa yang mereka rasakan dengan apa yang mereka ucapkan tentang Tuhannya.

Bercermin pada perintah Nabi saw. dan urutan turunnya ayat-ayat suci yang awal, ada beberapa hal yang patut kita catat dengan cermat. Seraya memohon hidayah kepada Allah atas diri kita dan anak-anak kita, mari kita periksa catatan berikut ini:

Awali Bayimu dengan Laa Ilaaha IllaLlah

Rasulullah saw. pernah mengingatkan, "Awalilah bayi-bayimu dengan kalimat laa ilaaha illaLlah."

Kalimat suci inilah yang perlu kita kenalkan di awal kehidupan bayi-bayi kita, sehingga membekas pada otaknya dan menghidupkan cahaya hatinya. Apa yang didengar bayi di saat-saat awal kehidupannya akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya, khususnya terhadap pesan-pesan yang disampaikan dengan cara yang mengesankan. Suara ibu yang terdengar berbeda dari suara-suara lain, jelas pengucapannya, terasa seperti mengajarkan (teaching style) atau mengajak berbincang akrab (conversational quality), memberi pengaruh yang lebih besar bagi perkembangan bayi. Selain menguatkan pesan pada diri anak, cara ibu berbicara seperti itu juga secara nyata meningkatkan IQ balita, khususnya usia 0-2 tahun. Begitu pelajaran yang bisa saya petik dari hasil penelitian Bradley & Caldwell berjudul 174 Children: A Study of the Relationship between Home Environment and Cognitive Development during the First 5 Years.

Apabila anak sudah mulai besar dan dapat menirukan apa yang kita ucapkan, Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana mengajarkan untaian kalimat yang sangat berharga untuk keimanan anak di masa mendatang. Kepada Ibnu ‘Abbas yang ketika itu masih kecil, Rasulullah saw. berpesan:

"Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasehat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah bahwa apabila seluruh ummat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu itu.Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu sedikit pun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering." (HR. At-Tirmidzi).

Dalam riwayat lain disebutkan, "Jagalah hak-hak Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Dia ada di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika engkau berada dalam kelapangan, niscaya Allah pun akan mengingatmu ketika engkau berada dalam kesempitan. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang salah dalam dirimu tidak mesti engkau langsung mendapatkan hukuman-Nya. Dan juga apa-apa yang menimpa dirimu dalam bentuk musibah atau hukuman tidak berarti disebabkan oleh kesalahanmu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu akan datang ketika engkau berada dalam kesabaran, dan bersama kesempitan akan ada kelapangan. Juga bersama kesulitan akan ada kemudahan."

Apa yang bisa kita petik dari hadis ini? Tak ada penolong kecuali Allah Yang Maha Kuasa; Allah yang senantiasa membalas setiap kebaikan. Tak ada tempat meminta kecuali Allah. Tak ada tempat bergantung kecuali Allah. Dan itu semua menunjukkan kepada anak bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah.

Wallahu a’lam bishawab.

Iqra’ Bismirabbikal ladzii Khalaq

Sifat Allah yang pertama kali dikenalkan oleh-Nya kepada kita adalah al-Khaliq dan al-Karim, sebagaimana firman-Nya, "Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-‘Alaq: 1-5).

Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita berikan kepada anak saat mereka mulai bisa kita ajak berbicara. Pertama, memperkenalkan Allah kepada anak melalui sifat-Nya yang pertama kali dikenalkan, yakni al-Khaliq (Maha Pencipta). Kita tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kemana pun kita menghadap wajah kita, di situ kita menemukan ciptaan Allah. Kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan pada mereka, bahwa segala sesuatu yang ada di sekelilingnya adalah ciptaan Allah. Semoga dengan demikian, akan muncul kekaguman anak kepada Allah. Ia merasa kagum, sehingga tergerak untuk tunduk kepada-Nya.

Kedua, kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya. Dari sini kita ajak mereka menyadari bahwa Allah Yang Menciptakan semua itu. Pelahan-lahan kita rangsang mereka untuk menemukan amanah di balik kesempurnaan penciptaan anggota badannya. Katakan, misalnya, pada anak yang menjelang usia dua tahun, "Mana matanya? Wow, matanya dua, ya? Berbinar-binar. Alhamdulillah, Allah ciptakan mata yang bagus untuk Owi. Matanya buat apa, Nak?"

Secara bertahap, kita ajarkan kepada anak proses penciptaan manusia. Tugas mengajarkan ini, kelak ketika anak sudah memasuki bangku sekolah, dapat dijalankan oleh orangtua bersama guru di sekolah. Selain merangsang kecerdasan mereka, tujuan paling pokok adalah menumbuhkan kesadaran –bukan hanya pengetahuan—bahwa ia ciptaan Allah dan karena itu harus menggunakan hidupnya untuk Allah.

Ketiga, memberi sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang pertama kali diperkenalkan oleh Allah kepada kita, yakni al-Karim. Di dalam sifat ini berhimpun dua keagungan, yakni kemuliaan dan kepemurahan. Kita asah kepekaan anak untuk menangkap tanda-tanda kemuliaan dan sifat pemurah Allah dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga tumbuh kecintaan dan pengharapan kepada Allah. Sesungguhnya manusia cenderung mencintai mereka yang mencintai dirinya, cenderung menyukai yang berbuat baik kepada dirinya dan memuliakan mereka yang mulia.

Wallahu a’lam bishawab
Selengkapnya...

Friday, July 9, 2010

5 Tip Jitu Agar Buah Hati Mahir Membaca

SETIAP orang tua tentu menginginkan buah hatinya mahir membaca. Latih kemampuan membaca si kecil sejak dini agar prestasinya semakin cemerlang di sekolah.

Berikut ini adalah lima tip jitu mengajarkan anak membaca seperti dianjurkan National Center for Family Literacy dan para ahli:

Interaktif
Idealnya, Anda sudah mulai membacakan buku untuk anak sejak dia berada di dalam kandungan. Ketika anak mencapai usia prasekolah, ajak dia menjadi rekan membaca Anda. Biarkan anak memilih buku yang ia mau, lalu bacakan buku itu untuknya dengan suara keras. Tanyakan mengapa anak memilih buku itu, dan apa yang diingatnya tentang kisah di dalam buku. Ketika membaca, biarkan anak duduk di samping Anda sehingga ia bisa membalikkan halaman selagi Anda membaca untuknya. Jangan lupa untuk menunjuk dengan jari setiap patah kata yang Anda baca dari buku agar anak bisa mengikutinya. Jadikan aktivitas tersebut semakin interaktif dengan bertanya kepada anak bagaimana menurutnya kisah itu berjalan.

...Ketika anak mencapai usia prasekolah, ajak dia menjadi rekan membaca Anda. Biarkan anak memilih buku yang ia mau...

Alfabet
Cari buku alfabet dengan subjek yang menarik minat anak. Misalnya buku tentang binatang, makanan, atau mesin. Selain itu, dorong anak untuk membuat sendiri buku alfabetnya menggunakan guntingan gambar dari majalah atau koran yang ditempelkan ke scrapbook. Setiap gambar mewakili sebuah huruf. Perkenalkan pula kepadanya bagaimana bunyi setiap huruf tersebut.

Mengenali objek
Gunakan kartu indeks untuk melabeli berbagai benda di rumah, mulai dari pintu, tempat tidur, dinding, lampu, televisi, lemari dan lain sebagainya. Dengan demikian, rumah Anda akan menjadi buku bergambar raksasa yang menyenangkan baginya. Anak akan mempelajari berbagai kosakata baru dengan melihat dan membaca objek-objek tersebut.

Libatkan pula anak saat membuat label untuk ditempelkan ke berbagai objek.Setelah itu, tingkatkan kemampuan anak dengan memintanya membaca nama-nama jalan, gedung, papan reklame atau apa pun yang Anda temukan saat berjalan-jalan keluar rumah.

Role model
Berikan contoh yang baik kepada anak. Biarkan dia melihat Anda membaca berbagai novel, majalah, surat kabar, atau resep masakan. Selagi membaca, biarkan anak bergelung di samping Anda sambil memegang buku bergambar miliknya sendiri. Melihat orang tuanya senang membaca, anak akan semakin terpacu mengasah kemampuannya bersama Anda.

...Berikan contoh yang baik kepada anak. Melihat orang tuanya senang membaca, anak akan semakin terpacu mengasah kemampuannya bersama Anda....

Bahan bacaan
Ketika anak mulai belajar membaca atau sudah fasih membaca, biarkan dia memilih sendiri bahan bacaannya. Kotak sereal, katalog, atau selebaran bisa menjadi bahan bacaan yang baik untuk melatih kemampuannya selain buku atau majalah. Selain itu, ajak anak ke perpustakaan atau toko buku untuk menumbuhkan kecintaannya dalam membaca.
Selengkapnya...

Memilih Buku Bergizi untuk Anak


oleh Mohammad Fauzil Adhim*

Aku Bisa Pakai Kaos Kaki Sendiri. Begitu judul salah satu buku kesukaan anak saya –yang sekarang sudah tidak berbentuk lagi. Buku itu saya beli sewaktu jalan-jalan dengan anak saya yang ketiga, Muhammad Hibatillah Hasanin. Di rumah, kami memang biasa menjadikan toko buku sebagai tempat jalan-jalan, tujuan rekreasi, dan sekaligus sebagai hadiah terindah bagi anak-anak. Meskipun kadang saya harus belajar menahan diri untuk tidak membeli setiap buku yang menarik, tetapi toko buku tetap menjadi tempat rekreasi terindah.
Kalau ada buku bagus seperti itu, biasanya mereka minta ibunya membacakan. Kadang lampu sudah dimatikan pun mereka masih bersemangat minta dibacakan buku. Sekarang yang lagi semangat-semangatnya membaca adalah Muhammad Nashiruddin An-Nadwi, anak keempat kami yang usianya dua tahun satu bulan. Kadang-kadang bi­ngung juga menghadapinya. Mata sudah mengantuk, lampu sudah dimatikan, tetapi Owi –begitu kami biasa memanggil—masih saja minta dibacakan buku. Apalagi kalau kakaknya turut serta minta dibacakan. Untunglah si sulung, Fathimah, sudah bisa mengajari adik-adiknya sekarang. Sering kalau ada buku bagus, Fathimah yang membacakan buku untuk adik-adiknya. Atau kadang Fathimah membaca buku untuk dirinya sendiri, kemudian adiknya datang ikut nimbrung mendengarkan.

Alhamdulillah, Fathimah sudah lancar membaca semenjak ia masih belajar di Ta­man Kanak-kanak. Tepatnya di TKIT Salman Al-Farisi Warungboto, Yogyakarta. Sekarang usianya tepat enam tahun, duduk di kelas satu SDIT Salman Al-Farisi Klebengan, Yogya­karta. Banyak buku yang ia sukai. Salah satunya adalah seri Ensiklopedi Bocah Muslim. Buku ini merupakan salah satu favorit anak-anak. Saking favoritnya, seri 15 Ensiklopedi Bocah Muslim sudah rusak. Padahal kami beli belum terlalu lama. Owi rupanya meman­faatkan ensiklopedi ini sebagai buku mewarnai. Sementara ia biasa menggoreskan crayon dengan kekuatan penuh.

Ada cerita tersendiri tentang Ensiklopedi Bocah Muslim ini. Sebelum beredar, saya sudah mendengar kabar dari Mas Ali Muakhir –editor di penerbit DAR! Mizan yang menerbitkan ensiklopedi tersebut. Waktu itu saya sedang berada di Bandung. Begitu pu­lang ke Yogya, saya ceritakan kabar dari Mas Ali ini kepada istri saya maupun kepada Fathimah dan adik-adiknya. Antusias sekali mereka. Apalagi ketika saya mendapat undangan peluncuran buku ini di Jakarta. Meskipun saya tidak bisa hadir, tetapi gambar di kartu undangan telah merangsang rasa ingin tahu mereka.

Bulan Maret 2004, ada Islamic Book Fair di Yogya­karta. Salah satu stand men­jual ensiklopedi tersebut. Se­gera saja kami berunding. Fa­thimah punya celengan uang receh di rumah. Adik-adiknya punya celengan juga. Mereka berunding dan sepakat memecah semua celengan mereka. Terkumpullah uang yang membuat mata mereka berbinar-binar. “Wow, Pak. Banyak sekali!” kata Husain, anak saya yang kedua. Tapi uang sejumlah itu tetap masih kurang. Oh, ada tabungan Fathimah di sekolah. Kalau diambil mungkin men­cukupi.

Esoknya tabungan itu diambil dan ternyata masih belum cukup. Lalu Fathimah berkata, “Ibu, bagaimana? Aku kepingin beli ensiklopedi.” Lalu Fathimah dan ibunya berbicara dengan saya, minta supaya ditambah dengan uang saya. Alhamdulillah, ada rezeki. Bisa buat menutupi kekurangan. Ensiklopedi pun kami beli saat itu (Fathim, alhamdulillah ya, Nak. Kita punya sesuatu yang lebih baik daripada TV. Ensi­klopedi harganya lebih mahal, lho daripada TV).

Kembali ke soal buku Aku Bisa Pakai Kaos Kaki Sendiri. Hasanin segera saja memperoleh kegembiraan tersendiri ketika buku itu dibacakan ibunya. Saudara-saudara­nya ikut serta. Mereka berkumpul melingkar, mengitari kaki ibunya. Mereka terpingkal-pingkal mendengar cerita tentang kaos kaki yang dipakai terbalik. Mereka bergembira. Dan yang lebih menggembirakan saya, Husain dan Hasanin bersemangat pakai kaos kaki sendiri. Tapi di rumah, anak laki-laki tidak biasa pakai kaos kaki–sebagaimana saya sen­diri tidak biasa memakainya. Mereka kemudian belajar pakai celana sendiri dan baju sendiri–ketika itu usia Hasanin belum mencapai tiga tahun. Dan uff… jatuh. Dua kaki masuk satu lubang. Tentu saja sulit bergerak. Dan karena tidak seimbang, segera saja Hasanin terjatuh. Dan lihat apa yang terjadi dengan kakaknya? Rupanya Husain juga demikian. Jadilah mereka saling tertawa.

O ya, masih ada buku lain yang kami beli pada kesempatan berikutnya. Aku Be­rani Minum Obat. Buku tipis ini memberi manfaat yang besar. Saya tidak tahu pasti apakah anak saya terpengaruh oleh buku ini atau terpengaruh oleh cara ibunya meminumkan obat yang cerdas dan menarik. Yang jelas kami syukuri, Owi sangat mudah diminumi obat. Sejak usianya belum satu setengah tahun, ia begitu mudah menerima obat yang disodorkan kepadanya. Kalau pahit? Ia akan segera meminta segelas teh.

Banyak pengalaman menarik dari kegiatan sehari-hari bergaul dengan buku. Membaca buku Aku Sayang Adik (DAR! Mizan), Fathimah menjadi lebih sayang dengan adik-adiknya. Fathimah suka menggendong adiknya, mengajaknya bermain, dan mendiam­kannya apabila menangis.

Ada buku-buku lain yang mengesankan. Tetapi pada kesempatan kali ini, biarlah saya mencukup­kan cerita saya sampai di sini. Ada yang lebih penting un­tuk saya sampaikan. Mengingat begitu kuatnya pengaruh buku –lebih-lebih pada masa kanak-kanak—maka penting seka­li kita perhatikan nilai gizi buku untuk anak-anak kita. Ibarat makanan, kandungan gizi buku sangat meme­ngaruhi cara berpikir, bersikap, dan bertindak anak. Inilah yang sangat perlu kita perhatikan mengingat usia-usia me­reka merupakan masa paling strategis untuk membangun fondasi kepribadian, termasuk di dalamnya fondasi para­digma berpikir, bersikap dan bertindak. Pada masa-masa ini pula kepekaan emosi anak sangat efektif un­tuk diasah atau justru ditumpulkan.

Kalau David Shenk menggambarkan sebagian besar informasi yang beredar di era informasi sekarang ini sebagai kotoran dan buangan seperti tercermin dalam judul bukunya Data Smog (Ko­toran Data); dan kotoran itu menyebabkan kita mengalami brain meltdown (penurunan kemampuan otak), maka bagaimana lagi jika anak-anak yang–ibarat komputer—operating system-nya belum terbangun kokoh? Sama seperti bayi yang perlu dilindungi dengan memberi makanan terbaik berupa ASI, anak-anak kita yang masih lucu-lucunya itu juga perlu kita lindungi kesehatan pikiran dan mentalnya dengan hanya memberi bacaan-ba­caan bergizi. Melalui bacaan-bacaan bergizi tersebut, mereka akan memiliki kekuatan yang kokoh, imunitas yang tangguh dan rangsangan berpikir maupun mental yang kaya.

Buku bergizi berbeda dengan buku yang menarik. Sekedar menarik saja tidak cukup sebagai alasan untuk memilih buat anak kita. Tetapi buku bergizi yang tidak menarik, sulit membuat anak bergairah membacanya, kecuali kalau orangtua menunjukkan antusiasmenya yang besar atau anak memang sudah gila membaca. Pada sebagian buku yang benar-benar bergizi, baik tulisan maupun ilustrasi benar-benar merangsang pikiran, perasaan dan imajinasi anak.

Menimbang Gizi Buku Anak

Bincang soal buku bergizi, apa saja sih yang menentukan gizi sebuah buku, wa bil khusus buku anak-anak? Beberapa catatan berikut, mudah-mudahan bermanfaat.

Kita bicara secara ringkas saja tentang gizi buku buat anak-anak kita. Pertama, kita perhatikan kesesuaian buku dengan anak. Sue Bredekamp sangat menekankan aspek kesesuaian ini untuk memperoleh keberhasilan yang maksimal. Anak benar-benar menye­rap manfaat yang besar tanpa harus merasa terbebani. Kesesuaian (appropriateness) itu mencakup kesesuaian usia dan kesesuaian individual. Saya tidak hendak mendiskusikan terlalu jauh tentang kesesuaian individual ini. Saya hanya ingin menekankan bahwa se­tiap buku anak, seharusnya sesuai dengan tahap perkembangan di usia yang menjadi bi­dikan buku tersebut. Tampaknya, masih banyak penerbit yang belum mampu membi­dik umur sasaran dengan baik. Bayangkan, ada buku anak yang ditujukan untuk anak TK hingga SD kelas enam. Ini luar biasa (luar biasa mengherankan!). Padahal karakteristik perkembangan di rentang usia itu sangat beragam dan benar-benar berbeda.

Kedua, daya rangsang buku untuk memantik gagasan-gagasan segar pada anak, baik yang secara langsung ditulis atau pun tidak. Sering saya jumpai buku-buku anak yang pesan permukaannya (surface message) bagus, tetapi di dalamnya (inner message) buruk. Sekilas isinya bergizi, tetapi tanpa disadari –kadang penulisnya pun tak sadar-- me­mantik gagasan buruk pada anak (inspiring bad).

Ketiga, kekuatan gagasan dan alur cerita. Ilustrasi yang bagus akan sangat me­nunjang kuatnya alur yang diciptakan penulisnya. Gagasan yang kuat dan memiliki pi­jakan yang mampu membangun visi anak, akan lebih bertenaga apabila disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan hidup. Kekuatan bahasa inilah pertimbangan keempat dalam menakar gizi buku anak. [www.hidayatullah.com]
Selengkapnya...

Bacaan di Masa Kecil Pengaruhi Masa Depan Anak

Cerita atau bacaan yang dibaca oleh anak kita saat ini akan memengaruhi karakternya 25 tahun kemudian, apakah si anak itu cerdik, jujur, licik, serta berbagai karakter lain yang baik atau buruk dalam dirinya.

Untuk itulah, orang tua perlu pandai-pandai dan bijaksana memilihkan bacaan untuk anaknya. Demikian teori David McClelland tersebut dilontarkan oleh Renny Yaniar, Pemimpin Redaksi Majalah Anak Mombi.
Renny menambahkan, untuk teorinya itu McClelland mengambil sampel Inggris dan Spanyol, dua negara raksasa di awal abad ke-16. Dalam perkembangan selanjutnya, ujar Renny, Inggris terus menjadi negara maju, sebaliknya Spanyol malah mengalami kemunduran.
"Mengapa bisa begitu ternyata McClelland, psikolog asal Universitas Harvard, itu mendasari penyebabnya bahwa persoalan karakter anak-anak sebagai generasi penerus bangsanya adalah berlatar dari apa yang mereka baca," ujar Renny.

Menurut McClelland, lanjut Renny, cerita dan dongeng-dongeng yang berkembang di Inggris pada masa-masa itu mengandung nilai-nilai optimisme yang tinggi (need for achievement), keberanian untuk mengubah nasib, serta sikap tidak gampang menyerah.


"Dongeng-dongeng itu ternyata telah menjadi virus yang mampu membuat anak-anak sebagai penikmatnya dipengaruhi sindroma ingin terus maju dan terus berprestasi tanpa kenal menyerah," ujar Renny. "Sebaliknya, umumnya dongeng di Spanyol kebanyakan mengandung nilai-nilai komedi berunsur kecerdikan yang licik dan penuh tipu daya, seperti kisah si Kancil," tambahnya.


Untuk itulah, Renny mengisyarakatkan perlunya orang tua zaman sekarang memilih bacaan yang baik untuk putra-putrinya, khususnya yang masih berusia dini. Cerita Rakyat, lanjut Renny, merupakan satu dari sekian banyak bacaan yang perlu menjadi pilihan bagi orang tua.

"Cerita rakyat itu imajinatif sehingga sangat baik untuk mengembangkan daya berpikir si anak, apalagi di dalamnya penuh mengandung pesan yang baik soal kejujuran, pantang menyerah, hormat kepada orang dan lain-lain yang selalu bersifat positif," ujar Renny.


Tentunya sebagai keluarga muslim, akan sangat indah bila kita memperkenalkan kisah-kisah perjuangan Rasulullah dan para shahabatnya. Suatu suri tauladan terbaik bagi umat manusia. Atau juga kisah-kisah para pendahulu umat yang sholeh. Sehingga sedari kecil putra-putri kita mendapat asupan motivasi dari cerita tersebut yang nantinya menjadi pelecut di masa depannya(muslimdaily.net/dkr/kmps)


Sumber:
http://www.muslimdaily.net/keluarga/3525/bacaan-di-masa-kecil-pengaruhi-masa-depan-anak
Selengkapnya...

Sunday, July 4, 2010

Tips Mendisiplinkan Anak ala Cak Munif Chatib


Kedisiplinan pada dasarnya adalah daya tahan atau KELANGGENGAN sebuah peraturan di jalankan oleh anak kita. Sedangkan peraturan tersebut dapat berupa instruksi lisan atau tertulis.

Banyak orangtua yang merasa puas dan merasa berhasil mendisiplinkan anaknya jika anaknya sudah ‘KETAKUTAN’, ‘menurut’ dan melaksanakan semua peraturan yang sudah diberlakukan oleh orangtua. Anak yang ketakutan dan menjadi penurut apa yang diperintahkan oleh orangtua memang masih menjadi indikator keberhasilan disiplin.

Namun apa benar demikian?

Coba bandingkan dua kondisi di bawah ini.
Kondisi pertama, sebut saja si Iza, seorang putri cantik sekolah di TK yang centil, Iza diperingati oleh mamanya dengan cara yang keras, penuh tekanan dan ancaman untuk tidak membeli makanan (jajan) di sekolah sebab tidak sehat. Dengan penuh ketakutan Iza mengangguk-angguk tanda setuju terhadap peraturan tersebut. Sampai detik terakhir berpisah, sang mama tersebut sempat memberi peringatan disiplin kepada anaknya. “Inget lho pesen mama ya…jangan jajan, awas kalo ketahuan, mama hukum nanti.” Apa yang terjadi ketika Iza sudah di sekolah dan melihat teman-temannya ramai-ramai membeli jajan. Iza ragu-ragu untuk mendekat. Takut ancaman dari mamanya. Tiba-tiba seorang temannya mengajak Iza untuk ikut membeli jajan. Spontan Iza menolak. “Gak boleh ama mama.” Si teman tidak mau kalah. “Mamamu kan gak ada sekarang, jadi gak mungkin tahu, ayo … enak lho jajannya!” Iza langsung menoleh ke kanan ke kiri, begitu dia yakin mamanya tidak ada di sekitarnya, maka dengan senyum bahagia Iza menuruti temannya untuk membeli jajan yang telah dilarang oleh mamanya. Dalam kondisi seperti Iza rapuh dalam kedisiplinannya. Iza masih DAPAT DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGANNYA. Disiplin seperti ini adalah disiplin yang tidak berhasil.

Kondisi kedua, Ela didudukkan dengan manis oleh mamanya, dan diberitahu kalau jajan di luar itu tidak sehat. Jenis-jenis jajanan yang tidak sehat juga diberitahukan oleh sang mama, bahkan ditulis atau ditunjukkan bungkus makanannya. Lalu Ela mendapat informasi juga dari mamanya kenapa makanan/jajan ini tidak sehat. Sang mama memberitahu juga akibat ekstrem apabila anak-anak sering makan jajanan tersebut. Penyakit yang mungkin timbul, penderitaan anak pada saat sakit, kesulitan orangtua pada saat anaknya sakit, dan lain-lain. Bahasa yang disampaikan kepada anak juga lembut, santun dan sangat informatif. Tidak ada paksaan dan dilakukan dalam kondisi si anak santai atau dalam kondisi ‘alfa’. Apa yang terjadi pada saat Ela berada di sekolahnya dan teman-temannya merayu Ela untuk jajan yang sudah di larang oleh mamanya. Ela dengan santainya menjawab, “Aku gak boleh jajan itu ama mamaku, sebab kata mamaku jajanan itu gak sehat, bisa sakit, aku sudah diceritain susahnya kalo sakit, ihhh sedih gitu. Kamu juga kalo bisa gak usah beli jajanan itu. Kalo jajanan yang ada di kantin sekolah itu baru sehat. Kalo di luar ini tidak sehat.” Lalu beberapa teman Ela melongo, mengangguk-angguk dan mengikuti nasihat Ela. Dalam kondisi seperti ini Ela MAMPU MEWARNAI LINGKUNGANNYA dengan kedisiplinannya. Dan disiplin inilah yang berhasil.

Dua macam keberhasilan disiplin

Ada dua macam keberhasilan disiplin, yaitu:

1. Disiplin SEMENTARA

Yaitu upaya disiplin yang mempunyai rentan waktu sementara, setelah itu disiplin akan hilang. Kasus Iza adalah termasuk disiplin sementara. Iza berjanji akan menuruti perintah orangtuanya pada saat keberadaan orangtuanya ada di sekitarnya. Begitu di luar itu, disiplin akan hilang. Penyebab disiplin sementara ini antara lain:

a. Model pemberian peraturan kepada anak yang salah.

* Anak usia golden age (0 sampai 7 tahun) model pemberian aturannya dengan learning by doing dan learning by example. Artinya anak belajar disiplin dengan cara melihat perilaku orangtuanya dan mengambil contoh atau teladan dari orangtuanya. Apabila dua hal penting ini tidak sesuai dengan apa yang sudah menjadi peraturan anak, maka secara otomatis anak akan menghindari kedisiplinan.
* Anak usia 8 tahun ke atas, peraturan dibuat dalam model-model peraturan tertulis, lisan dengan berbagai macam format yang sangat luwes.

b. Cara pemberlakukan peraturan kepada anak yang salah.

* Cara pemberlakuan disiplin yang terlalu bebas, akan mengakibatkan kekuatan peraturan untuk ditaati menjadi lemah. Peraturan yang sudah dibuat sama sekali tidak efektif. Anak tidak akan menghargai peraturan apapun yang berasal dariu orangtuanya dan orang lain.
* Cara pemberlakuan disiplin yang terlalu keras dan kaku, juga akan berdampak negatif pada anak. Perasaan tertekan, takut, anak mudah kehilangan kepercayaan diri, tidak punya peluang untuk tumbuh dan berkembang, kepribadian, emosi, akhlak dan rasa kemanusiaannya niscaya tidak akan terbentuk. Selain itu potensi dan bakatnya tidak akan muncul.
* Cara pemberlakukan disiplin yang seimbang. Anak diberi pendahuluan pengetahuan kenapa harus ada peraturan yang dimaksud. Peraturan hanya membatasi dan mengatur kebebasan anak. Anak diberi kesempatan untuk menentukan pilihan-pilihan. Dengan disiplin yang seimbang ini, maka anak akan tumbuh menajdi pribadi yang berkembang, bertanggung jawab, menghargai orang lain dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi.

c. Tidak adanya apresiasi ketika disiplin tersebut telah dijalankan oleh anak.

* Setiap anak yang melakukan upaya disiplin seyogyanya orangtuanya memperhatikan hal itu dan memberikan respon berupa apresiasi.
* Apresiasi dapat berupa pujian terhadap perbuatan disiplinnya, sentuhan emosi positif, seperti memeluk, mencium, mengusap rambut dan lain-lain.

2. Disiplin PERMANEN

Yaitu upaya disiplin yang mempunyai rentan waktu relatif panjang. Kasus Ela adalah disiplin yang permanen. Disiplin inilah yang berhasil. Anak mempunyai kedisiplinan internal dalam dirinya. Bahkan mampu menjelaskan kenapa harus disiplin dan mampu menarik orang lain untuk juga melakukan upaya disiplin

Nah … para orangtua, seyogyanya kita semua dapat melihat atau melakukan cek, apakah disiplin yang kita terapkan kepada anak kita termasuk yang SEMENTARA atau TETAP. Perilaku kita sebagai orangtua dalam menerapkan disiplin kepada anak ternyata menjadi kunci utamanya. Semoga menajdi pengetahuan yang berguna.
Selengkapnya...

Friday, July 2, 2010

Agar Anak Menerima Adiknya


Apa yang dialami anak ketika adiknya lahir? Perhatian yang tiba-tiba hilang, kebersamaan yang tiba-tiba lenyap dan kasih sayang yang tiba-tiba terenggut darinya.

Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan agar lahirnya adik menjadi kabar gembira bagi semua, terutama buat kakaknya. Beberapa catatan berikut insya Allah dapat kita pertimbangkan.

SEBELUM ADIK LAHIR
1. Kondisikan
Sejak ibu positif hamil, komunikasi sudah harus dimulai. Kabarkan kepada anak bahwa kelak, insya Allah ia akan punya adik. Saat ini juga, kondisikan anak untuk mulai menerima kehadiran anggota keluarga yang baru. Perlahan-lahan siapkan anak untuk lebih mandiri, sekaligus beri pujian bahwa ia sudah besar.

2. Asyiknya Punya Adik
Saat bayi dalam kandungan sudah bisa menendang-nendang perut ibu, pegangkan tangan anak ke perut ibu. Tunjukkan "yang lucu" padanya. katakan bahwa adiknya ingin mengajak kakaknya bermain-main bersama. Dari sini, sampaikan betapa asyiknya nanti kalau sudah punya adik, bisa bermain-main bersama. Dengan demikian, anak sudah mulai menunggu kelahiran adik. Anak mulai tumbuh rasa sayangnya sebelum adiknya lahir

3. Tumbuhkan Tanggungjawab Dan Kepercayaan
Usahakan untuk memiliki saat-saat berdua yang akrab dengan anak. Ajaklah berbicara dari hati ke hati. Besarkan hatinya dan tunjukkan bahwa ia sudah besar. Tumbuhkan pula kepercayaan pada anak. Sampaikan bahwa anak bisa menunggui adiknya, bisa membantu mengambilkan popok, dan seterusnya. Sampaikan apa yang menjadi tanggungjawabnya sebagai bentuk kepercayaan kita kepadanya. Bukan sebagai tuntutan yang membebani.


MENJELANG ADIK LAHIR

1. Beri Gambaran Sebelumnya
Sampaikan kepada anak beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir tentang akan lahirnya adik. Beri gambaran kepadanya bahwa ibu akan berada di rumah sakit untuk beberapa saat. Kalau sudah bersalin nanti, ibu ingin ia menengok dan menemani ibu beserta adik agar adiknya bisa segera bertemu kakaknya. beri gambaran tentang situasi yang dihadapi di awal waktu.

2. Dekatkan Hatinya
Semakin mendekati kelahiran, Anda semakin perlu menunjukkan betapa asyiknya punya adik dan betapa adik sayang padanya. Tunjukkan bahwa adik nanti ingin bermain-main dengan kakaknya. Tetapi ceritakan juga bahwa di awal-awal lahir adiknya belum bisa melihat dan belum bisa bicara. Ini bahkan perlu kita sampaikan sedari awal.


SETELAH ADIK LAHIR

1. Adik Sayang Padanya
Saat-saat awal lahir, yang sangat penting untuk Anda tunjukkan adalah bahwa yang baru lahir itu adalah adiknya. Tunjukkan wajah gembira Anda ketika ia pertama kali muncul. "Itu kakak. Ini adiknya sudah nunggu. Adik ingin ketemu." Sampaikan bahwa adik sayang sekali padanya. Bukan sebaliknya, menyuruh agar ia sayang pada adiknya. Boleh saja kita menyampaikan pesan seperti itu, tapi setelah menunjukkan bahwa adik sayang padanya.

2. Tunjukkan Perhatian Dan Kerinduan
Setiap kali ada kesempatan yang leluasa, beri perhatian yang hangat kepada anak. Tunjukkan kerinduan Anda dan kerinduan adiknya kepadanya. Sehabis dimandikan, ketika bayi merasa tenang, Anda bisa panggil ia untuk berbaring di dekat bayi sehingga ia merasa dekat.

Sumber: Kolom Parenting, Majalah Suara Hidayatullah, Edisi 06/XXI/Oktober 2008
Selengkapnya...